Friday, July 26, 2013

[Day 1] First Impression: GREAT & BLESSED!

Pagi ini gue harus menjalani kewajiban pertama gue sebagai CaMaBa alias (sekali lagi gue jabarin) Calon Mahasiswa Baru alias Junior santapan Senior yang haus akan keringat dingin anak baru. Yap, itu yang ada di benak gue setiap denger kata 'Universitas' atau 'Kampus'. Oh, hari ini gue ke kampus buat ukur almamater, jas lab, dan seragam --ya, ada seragamnya-- untuk hari tertentu.

Gue 'cuma' tidur sekitar 5 jam hari ini. Karena baru mendarat di kamar tercinta di bilangan pukul 01:23 setelah acara "Buka Puasa Bareng XI-IA-A" --kelas gue ditahun kedua pas SMA-- kemudian lanjut sahur 03:30 sambil nonton Yuu Kita Sahur, lalu 'tidur maksa' sekitar jam 5 pagi. Gue dibangunin oom jam 8, langsung deh mandi + dandan buat cabut ke Akatel Telkom di DAAN MOGOT! Kenapa gue merasa terbebani gitu? Soalnya rumah gue di Manggarai. Bisa bayangkan?




Biar murah, (sedikit) lebih cepet dan efisiensi waktu, (nyokap) gue udah rencanain buat naik TransJakarta aja tiap kali harus ke kampus. Dengan polo shirt dipadukan dengan jeans legendaris dan sepatu seadanya seraya membawa tas sekolah kawakan, gue jalan kaki ke shelter terdekat dari rumah, yaitu Halimun. Nunggu sekitar 15 menit, gue dapet juga bis arah Dukuh Atas 2.

Singkat kata, gue nyebrang ke shelter Dukuh Atas 1 dan udah ngantri untuk TransJakarta tujuan Harmoni. Sedapatnya bis arah Harmoni, gue dapet tempat duduk disudut kanan belakang bis. Di halte Tosari, 4 orang masuk dan duduk disebelah kanan-kiri dan dua orang diseberang gue --2 laki-laki berbatik dan 2 wanita berflanel--. Gue coba meyakinkan diri gue kalau,

"Bukan, mereka bukan komplotan penghipnotis atau eksibisonis dalam TransJakarta yang bikin heboh itu kok!", biarpun kemudian salah satu wanita berflanel merah nanya ke gue,

"Mas, mau kemana?"

"Mau ke Telkom", jawab gue seadanya

"Ooh mau bayar telpon ya, Mas?", tanya dia polos

"Nggak mbak, ke Akademi Telkom Daan Mogot, mau daftar ulang", jawab gue seadanya lagi.

Gue makin merasa kalau kampus Telkom itu cuma ada di Bandung setelah liat ekspresinya yang kebingungan waktu gue bilang Akademi Telkom itu ada di bilangan Daan Mogot.

Perjalanan gue termasuk lancar. Sampai di shelter Harmoni, langsung dapet bis ke arah Kalideres --gue sih turunnya di shelter Jembatan Gantung--. Cuma 53 menit waktu yang gue laluin di jalan tadi. Berangkat pukul 09:32 dan touchdown pukul 10:25. Sesampainya di kampus pun, gue mendapati kenyataan yang berbanding terbalik. Dua senior laki-laki yang bantu gue pilih ukuran jas lab, almamater dan seragam itu bener-bener baik dan friendly! I feel blessed that time.

Selesai kurang lebih jam 11 pagi, gue langsung milih cari masjid terdekat, namanya Masjid Al-Royyan, ada disebelah gedung kampus gue, lumayan deket. Selesai solat Jumat, rencana gue pastinya langsung balik ke rumah. Bro, ini bulan Ramadhan, gue lelaki muslim, pastinya puasa dong? Ngapain juga gue lama-lama disini setelah urusan gue selesai? Capek bin lemas. Jadi, lanjut lah gue jalan kaki ke shelter tempat gue turun terakhir kali.

Shelter kecil ini gaada bagus-bagusnya dari segi apapun, standard. Masih kerenan Dukuh Atas 1 ada vending machine yang keren (tapi sering gak berfungsi) itu. Tapi hari ini ada yang lain didalam shelter Jembatan Gantung. Seorang wanita berpakaian kaos wool putih bertangan panjang, dark blue jeans legging dan closed-toe pumps hitam berdiri menunggu TransJakarta arah Harmoni, sama kayak gue. Berparas Sheila Marcia grade ori, dia berdiri anggun mengantre disana. Tapi bukan, ini bukan awal cerita cinta teenlit yang sering kalian baca. Ini cuma naluri seorang pria yang melihat mahakarya Tuhan ditempat seperti ini, keinginan untuk memuji kebesaran-Nya saja.

Kira-kira 10 menit gue nunggu, dateng satu bis dari arah Kalideres. Wanita itu pun masuk, dan gue yang antre belakangan, gak bisa masuk karena ruang didalam (hati) bis sudah penuh. Sebuah penolakan tragis dari seorang laki-laki terhadap sesamanya. Gue seketika berfikir, mungkin:

"Mestinya petugas pintu TransJakarta itu rupawan. So, mereka yg 'ditolak' utk masuk ke hati (bus) ini tidak terlalu sakit menerima kenyataan."

Itu hal yang gue tweet di akun twitter gue (@angga_80s), dan gak lama berselang, gue dapet bis menuju Harmoni. Jalanan aman sampai setelah ngelewatin shelter Taman Kota dan menuju arah Grogol, sebelum akhirnya gue terpelanting didalam bis, meniban paha seorang ibu yang sedang tertidur pulas sambil nganga, dan MUNGKIN seketika kagetnya memaksa dia meminum seluruh liur yang udah ditabung dari semenjak masuk bis di shelter sebelum Jembatan Gantung. Si ibu berteriak mencak-mencak,

"Ini ada apa sih?! Kamu kenapa lagi duduk dibawah sana? Bikin kaget aja!"

"Aduh maaf bu, maaf, ini bisnya rem mendadak banget, maaf bu", cuma maaf yang bisa keluar dari lisan, sambil usaha bangkit dengan rasa tengsin menuhin kepala gue.

"Ada apa sih emangnya?! *berdiri bangkit*", tingkat kepo si ibu ini bangkit, seakan ada cerita seru yang nantinya bisa diceritain sama ibu-ibu arisan se-RT.

Dan bener aja, ada pengendara motor yang lagi nyambitin bis gue karena dia terserempet dan setengah badan motornya masuk ke bagian bawah bis ini. Lalu kok bis yang gue tumpangin kena getahnya? Ya begitulah polemik pengendara motor di Jakarta, E.G.O.I.S!!! Bukan sekedar egois, tapi sok merasa punya jalanan! Dia yang coba nerobos masuk busway (jalur TransJakarta), terus keserempet, jatoh atau mungkin meninggal, siapa yang disalahin? Apa dengan alasan "Kan lo liat gue mau masuk, pelanin dong!" bisa jadi kata-kata pusaka yang akhirnya memutar balikkan fakta? BIG NO!

Jelas busway itu jalur khusus TransJakarta, kenapa masih ada motor atau mobil pribadi yang masuk ke jalur itu? Para supir bisa meng-counter dengan kalimat pembelaan "Kan lo tau ini jalur khusus TransJakarta!", as simple as that. Toh jalur ini emang harusnya gak punya rintangan, kecuali jalanan yang rusak, dan ya kalian itu, para pemotor yang tak tau aturan atau bahkan tak peduli apa gunanya aturan itu dibuat. Jadi sah-sah aja kalau para supir mau ngebut tanpa peduli 'si kecil' didepan matanya.

Setelah insiden itu, beberapa menit kemudian ada bis lain yang siap menerima operan penumpang dari bis yang gue tumpangi. Beberapa aja, dan sebagian besar wanita, karena emang sepatutnya kaum Hawa ini didahulukan dalam berbagai hal, kecuali dalam hal meminta maaf saat ada keributan sama sang kekasih, siapapun yg memulainya. #OOPS!

Tapi tenang, maksud gue cuma sebagian (besar hampir ke semua) dari penerus Raden Ajeng Kartini kok. :)

Sampai di Harmoni, tau apa yang gue lihat? Wanita yang tadi ada di shelter Jembatan Gantung! Ke-norak-an naluri alamiah gue pun muncul lagi, langsung lah gue berfikir suatu pepatah lama, "Pucuk dicinta, ulam pun tiba". Hari ini gue bener-bener se-norak ini karena diberi kenyataan yang unik akan sebuah 'jodoh'. Bukan jodoh yang indah sampai akhir cerita, soalnya cuma satu bis, tapi gak satu tujuan. Gue turun di Dukuh Atas 1.

Sisa perjalanan gue lancar, sampai depan pintu rumah gak ada kejadian apa-apa lagi yang bisa jadi inspirasi gue nulis.

Oh ya, beberapa paragraf terakhir gue ini bukan bermaksud memojokkan pihak penunggang kuda besi, tapi ya buat yang masih sering menerobos jalur TransJakarta, tau lah big deal-nya. Mohon maaf kalau banyak kalimat yang menyinggung dan melecut konfrontasi :)

Menurut gue, pelajaran yang bisa gue dapet dari perjalanan hari ini adalah:

» Mengenai wanita yang selama dalam cerita bikin gue norak, bisa diambil pelajaran untuk kalian yang lagi mengejar cinta dari yang dikasihi atau mungkin sedang berada di posisi menjalani 'Long-Distance Relationship':

"Sejauh apapun jarak & lama waktu memisahkan. Kalau jodoh pasti dipertemukan."

» Untuk para pengendara motor yang belum mau mengikuti aturan, ada beberapa nih:
#1. Peraturan dibuat bukan untuk dilanggar, tapi dibuat untuk memberikan kalian keamanan dan keselamatan dalam perjalanan. Jadi tolong diikuti. Biarpun diawalnya ribet, lama-kelamaan bakal berasa kok enaknya ikutin peraturan dan standard keamanan, perjalanan jadi tenang dan sampai tujuan dengan selamat

#2. Seberani dan sehebat apapun lo menunggangi si kuda besi, jangan deh ceroboh. Apalagi sampe ngelanggar batas wilayah. Pembalap Moto GP aja bisa jatoh karena ceroboh. Dan makhluk hidup manapun pasti marah kalau batas wilayah mereka dimasuki seenaknya. Jadi, buatlah keharmonisan dimanapun, termasuk dijalanan yang liar ini.

That's my shouts for today! I do really feel great and blessed. Thank you Allah to gave me this feeling, so then I got an inspiration to start writing.

Hope you enjoy my talkative mind. Ciao!

No comments:

Post a Comment