Saturday, September 14, 2013

[Day 13] Kejengkelan Terbalut Berkah



Kapan terakhir kali lo ngerasa dikasih kenikmatan yang lebih dari biasanya oleh Tuhan? Jujur, hari ini adalah salah satu hari paling nikmat yang pernah Allah SWT berikan, menurut gue. Before going to the main story, I'd happily say so much thanks to Allah SWT for His gifts to me today! Tentu tanpa mengesampingkan nikmat kehidupan yang selalu diberi-Nya setiap hari.


Kenikmatan pertama yang gue rasain hari ini adalah bisa ketemu dan bincang-bincang bareng Reza (@rahmadiwahid) yang jauh-jauh dari Bandung dan Nicho (@nichoYNH) di SMA Negeri 3 Jakarta tercinta jam 8 pagi tadi. Mungkin baru dua minggu lalu gue ketemuan sama Reza, but it's been ages since the last time I met Nicho. Secara udah pada sibuk kuliah di Universitas masing-masing, sekalinya ketemu ya banyak yang diomongin.

Sekitar jam 11 gue balik duluan, karena harus berangkat ke kampus, ada kelas 'Pengantar Matematika' jam 1 siang nanti. Gak ada yang menarik sepanjang perjalanan gue dari shelter Dukuh Atas (shelter paling deket dari SMA 3) ke kampus. Paling gue dikasih nikmat kedua hari ini: sampe kampus tepat pukul 12.30, agak mepet sih tapi seenggaknya masih beberapa menit sebelum kelas dimulai, dan bisa manfaatin waktu buat solat Dzuhur dulu.

Selesai ngampus jam 3 kurang, gue langsung balik. Entah, tapi perjalanan pulang lebih sering ngasih gue cerita yang nantinya bisa diangkat jadi tulisan ke blog ini. Salah satu cerita penuh kesenangan yang makin kesini jadi makin sering gue liat adalah sikap gentle orang-orang didalam bis. Entah mereka yang baru sadar, atau gue yang baru perhatiin, tapi yang pasti masih banyak laki-laki yang sadar kalau kita mestinya mengayomi, bukan cari enak sendiri.

Seperti biasa, gue naik bis dari shelter Jembatan Gantung, dan berprinsip untuk selalu berdiri kecuali ada kursi kosong dan udah gak ada lagi yang berdiri. Waktu di shelter Jelambar, ada empat orang ibu yang masuk ke bis, harus berdiri karena kursi penuh, dan salah seorang dari mereka nuntun anaknya yang sepertinya (maaf) mengidap 'Down Syndrome'. Dan lagi-lagi, hanya satu dari sekian banyak laki-laki yang kasih singgasana mereka ke ibu-ibu yang berdiri tersebut. Terlebih lagi si ibu dan anaknya yang memiliki kekurangan signifikan tersebut harus berdiri. Miris? Sangat!

Bener-bener gak ada yang merasa tersentil ngeliat gerak-gerik si anak yang susah diam, jadi ibunya harus kerja ekstra; berdiri, tahan keseimbangan dan urus anaknya didalam bis. Mereka yang duduk cuma bisa memalingkan muka, lebih parahnya ada yang ngeliatin doang kelakuan sang anak. Terpikirlah untuk sekali lagi menyindir secara halus, berharap ada yang tergerak hatinya.

Gue coba minta tolong ke laki-laki yang pakai kemeja jeans buat ngasih tempat duduknya ke ibu yang lagi baca buku sambil berdiri. Dan apa yang lo lakuin untuk kebaikan, maka menuai hasil baik pula. Dia kasih tempat duduknya ke ibu itu. Dan yang nyebelin, laki-laki disebelah orang berkemeja jeans itu ngeliatin gue kayak risih banget -_-

Tapi ternyata, lagi-lagi kepentingan pribadi ngalahin kodrat yang seharusnya diakui dengan perlakuan yang memperkuat hal tersebut. Gue sendiri gak bermaksud mojokin mereka yang mungkin capek setelah beraktifitas seharian, tapi ya ngerti lah kalo laki-laki mestinya lebih sering mengalah, apalagi ada yang patut dibantu. Sampe di Harmoni pun, sang anak dan ibunya harus terus berdiri, menerima kedinginan para pemilik 'singgasana'.

Cukup dengan kejengkelan gue sama kelakuan penduduk ibukota. Sekarang ada beberapa foto nih yang bikin gue ngerasa kayak freelance journalist (gaya banget deh, Ga). Yang pertama dateng dari Bundaran HI. Banyak demonstran berpakaian putih-putih ngumpul disekitar Monumen Selamat Datang:


Demonstran membawa bendera bertuliskan aksara Arab

Foto suasana disekitar Bundaran HI
Gue gak tau apa maksud dari kumpulan demonstran, tapi ada yang bilang kalo itu adalah demonstran kontra diadakannya Miss World di Indonesia. Tapi, yang minta dinyinyirin tuh yang ini:

Arah Bundaran HI yang macet karena ramai demonstran didepan Hotel Kempinski. Tapi apakah ini alasan kuat untuk menerobos busway?

Mobil keren sih, tapi yang nyetir mental supir serabutan

Contoh mereka yang diberi indera pengelihatan tapi malah pasang kacamata kuda dikepalanya. Itu jalan raya lengang loh!

Gambar pertama itu adalah para penerobos busway yang mengarah ke Bunderan HI, tempat para demonstran kumpul tadi. Emang sih macetnya sampe depan shelter Dukuh Atas, tapi apakah kemacetan jadi alasan untuk nerobos 'jalur khusus TransJakarta'? Kayaknya nggak deh.

Gambar kedua dan ketiga ini mengarah ke Senayan-Blok M, dan gue ambil dari atas jembatan Dukuh Atas. Di gambar awal aja udah keliatan kan kalo jalan rayanya lengang bin gak macet? Tapi masih aja ada yang nerobos busway. Yang lebih parah tuh di gambar ketiga, beruntung ada bis APTB (Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus TransJakarta) yang memperlancar kegiatan iseng gue. Disini lebih jelas terlihat kalau jalan rayanya kosong melompong, gak ada indikasi macet. Tapi yang namanya hobi, mau gimana lagi?

Ah sudahlah, seenggaknya beberapa foto tersebut udah gue submit ke @masukbusway, akun yang khusus 'menangkap basah' para penerobos busway. Kenikmatan tersendiri untuk bisa dapetin materi langsung di lokasi buat dijadiin tulisan. Gue ngerasa bener-bener diberkahi berlebihan hari ini, thank you Allah SWT!


Anyway, beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita gue hari ini adalah:

Sesempit atau sedikit apapun waktu yang lo miliki, hargailah usaha orang yang mampu menyisihkan waktunya untuk sekedar ketemu lo.


Coba bayangin gimana jengkelnya kalo lo ada di situasi sebagai Reza. Repot-repot dari Bandung cuma untuk ketemu temen dan berbincang sebentar, tapi temen lo sendiri gak bisa atur waktu buat ketemuan biarpun cuma beberapa menit? Pasti jengkel banget. I've been in that kind of situation, and it's awful. Makanya sebisa mungkin gue ketemu sama temen gue yang udah nyamperin ke Jakarta dan ngajak ketemuan biarpun cuma sebentar. Karena pikir gue, dia udah nyamperin kesini, masa harus nyamperin ke tempat gue juga? Mana solidaritasnya kalo yang berusaha cuma satu pihak? Remind it!

Jangan pernah langgar hak orang lain. Lo juga gak mau kan kalo hak lo diambil? Sama kayak busway yang dikhususkan untuk TransJakarta. Lo mau gak macet? Naik kendaraan umum, jangan ambil jalur khusus kendaraan umum. Yang bikin macet disini kan (menurut gue) karena populasi kendaraan bermotornya yang tinggi, ditambah tadi itu, keegoisan penduduknya. Prioritas di Jakarta ini sepertinya ya urusan per individu, bukan kepentingan publik lagi.

Nikmati yang ada di diri lo sekarang. Selama lo masih diberi kemampuan untuk bernafas, maka nikmatilah hidup lo. Bersyukur apa yang udah dikasih sama Tuhan: kehidupan. Ketika lo mengeluh akan hidup yang lo jalani, di alam lain banyak yang justru ingin kembali hidup dan memperbaiki hidupnya. Seandainya dikasih tawaran untuk bertukar tempat sama penduduk di alam lain, apa lo mau?

Maaf kalau hari ini gue terlalu menggebu-gebu. Mungkin efek dari kenikmatan berlebih ini jadi bikin gue lebih ekspresif untuk ber-nyinyir ria dengan balutan kebahagiaan untuk menampik kejengkelan yang gue rasain hari ini. Anyway, that's all my shouts for today! Ciao!!!

2 comments:

  1. Benar ttg sebaiknya beri duduk utk ibu dan anak, yg salah adalah postingan sebelumnya yg ttg cewek, krn TIDAK ada keharusan beri duduk cewek (SELAIN ibu hamil, gendong bayi dan nenek2 tentu), minimal hargai laki-laki yg punya pandangan beda ttg ini (seperti saya contohnya). Suatu saat bs saja cowok yg anda judge ternyata jadi org yg beri anda kerjaan atau nolong anda di jalan. Btw jd pingin sharing ini, hati2 lho kalau terlalu sok gentle sama cewek, dia jadi penuntut kayak di video ini (di Kanada),cuma pingin sharing, mau cewek2 di keluarga atau teman anda jadi kayak gini? (nuntut cowok gentle tanpa mau introspeksi diri), yuk dilihat videonya:
    https://www.youtube.com/watch?v=70FNq-JRck0&t=30s

    thx ya

    ReplyDelete