Sunday, July 28, 2013

[Mind-Talks] TransJakarta & 'Jalan'

Mungkin terlintas di pikiran kalian, "Apa maksudnya nih judul?". Oke, postingan gue kali ini bakal ngebahas mengenai rute perjalanan yang akan gue tempuh selama kurang lebih 3 tahun kedepan, dan maknanya, yang (mungkin) berkesinambungan antara TransJakarta dan 'jalan' dari kehidupan kita sebagai manusia.

Kenapa mesti banget gue paparin rutenya? Biar sepintas kalian bisa bayangin gimana latar dan situasi/keadaan di postingan "[Day 1] First Impression: GREAT & BLESSED!".

Gini, tentang rute perjalanannya, cuma gue bahas sekilas. Berikut beberapa shelter yang bakal jadi tempat gue transit, dan yang bakal gue lewatin sepanjang perjalanan menuju kampus:




1. Halimun: Ini shelter paling deket dari rumah gue. Tepatnya ada di seberang rel kereta Jl. Latuharhary. Shelter ini gak pernah ramai banget kayak shelter di Pasar Rumput dan Manggarai. Mungkin karena tempatnya gak begitu strategis, ditengah jalan dan gak deket tempat yang ramai orang. Biarpun nyaman pas nunggu bis, tapi tetep, biarpun nyaman karena yang nunggu di shelter ini sedikit, sekalinya ada bis, pasti udah rame banget isinya. Secara udah berlimpahan penumpang dari Matraman, Manggarai dan Pasar Rumput.

2. Dukuh Atas 1 & Dukuh Atas 2: Kedua shelter transit ini kecil banget kemungkinannya buat sepi. Secara mereka ada dibilangan distrik bisnis Jl. Sudirman, dan yang satunya lagi di Setiabudi. Tapi, kalau lagi beruntung, sepenuh apapun bisnya, pasti bakal kosong-melompong seketika. Jadi, seramai apapun yang antre, bisa masuk sebagian besarnya dan gak perlu nunggu lama-lama kayak kalau antre di shelter yang non-transit. Cuma ya tetep aja, crowd di shelter ini gak ada abisnya, pasti aja rame. Hal yang paling nyiksa sih bakal lo rasain kalau lagi panas terik di siang hari ala Jakarta. Loh kenapa? Kan udah biasa rasain panas di Jakarta? Emang udah biasa. Tapi, gimana rasanya jalan ditengah panas terik matahari ala Jakarta sambil nyebrang jembatan dan puasa/baru rencana makan siang? Selamat membayangkan!

Secara gue bakal ke shelter transit Harmoni, gue harus selalu laluin jembatan itu dari Dukuh Atas 2 ke Dukuh Atas 1 (disini ada mesin minumannya loh! Tapi ya gitu, sering gak berfungsi -_-). Jadi rute gue (dan shelter yang bakal gue lewatin) adalah:

Tosari - Bundaran HI - Sarinah - Bank Indonesia

Tapi lo juga bisa ke arah Senayan atau Blok M dari shelter Dukuh Atas 1 melalui jalur yang satunya lagi

3. Harmoni: Yap, shelter Harmoni Central Busway (menurut peta rute TransJakarta yang ada di handphone gue). Gak ada duanya deh besar dan ramainya shelter transit yang satu ini. Namanya aja udah pake embel-embel 'Central', pastinya ini adalah shelter pusat/utama, tempat dimana semua orang dari seluruh penjuru Jakarta bertemu -- oke, ini terlalu lebay. Nothing special with this place beside its crowd and size. Dari sini gue bakal lanjut ke arah Kalideres, lebih tepatnya Daan Mogot, shelter Jembatan Gantung, yang jadi tujuan terakhir gue.

Berikut semua shelter yang bakal dilewatin bis ini menuju Jembatan Gantung:

RS. Sumber Waras - Grogol - Jelambar - Indosiar - Taman Kota

Nah, waktu dijalan setelah lewatin shelter Taman Kota ke arah Indosiar itulah waktu mau balik, ada kecelakaan yang menimpa pengendara motor ugal-ugalan dan bis arah Harmoni yang gue tumpangin.

4. Jembatan Gantung: Last stage nih, finish line, tapi semoga bukan 'Final Destination' gue -- gak, gak! Gue gak mau! Jangan sampe disini juga kali!!!. Bener-bener gak ada yang spesial disini. Udah kecil, nyempil ditengah jalan, gak ada vending machine pula kayak di shelter Dukuh Atas 1. Tapi disinilah ternyata awal inspirasi gue buat nulis muncul.

Nah, itu tadi rute yang bakal gue lewatin selama kurleb (kurang lebih) 3 tahun kedepan. Lah terus, apa intinya? Apa hubungannya sama 'jalan' yang daritadi gue sebut? Oke! Nih, jadi begini maksud gue:

Asumsikan kalau shelter itu adalah jalan atau pilihan hidup, dan TransJakarta adalah hidup lo itu sendiri. Ketika lo berencana menggapai suatu cita-cita atau tujuan, lo harus tau dong jalan atau cara untuk menggapainya? Sama kayak naik TransJakarta, lo harus tau rute dan shelter mana yang harus lo pilih biar bisa sampai di tujuan itu.

Dan untuk bisa menggapai suatu tujuan, ada sesuatu yang harus dibayar kan? Misalnya waktu santai, momen kumpul-kumpul sama keluarga atau temen-temen dan pacar, juga tenaga. Sama halnya kayak kalo lo mau naik TransJakarta, lo mesti bayar karcis seharga Rp. 3.500,00,-.

Terus dalam perjalanan lo mencapai tujuan, gak selalu mulus kan? Apalagi perjalanannya baru lo mulai, belum biasa dengan segala macam kondisinya, pasti masih ada kesalahan yang dilakuin kan? Tapi syukur kalau ada yang langsung sukses dan lancar terus.

Sama kayak naik TransJakarta, apalagi pertama kali nyoba rute baru, pasti masih bingung harus turun dimana. Tapi yang udah biasa pun, bisa aja masih lakuin kesalahan. Contohnya: ketiduran didalam bis, keasikan main handphone, kecelakaan kayak yang gue alamin sama pengendara motor, atau mungkin jadi kurang awas karena sesak penumpang didalam bis dan penjaga pintu yang acuh tak acuh sama penumpang.

Akhirnya apa? Lo jadi kelewatan beberapa shelter, atau mungkin malah kecepetan turun beberapa shelter sebelum tujuan akhir lo. Gak ada bedanya kan sama kehidupan? Kehidupan kita pasti ada tujuannya, dan untuk mencapai tujuan itu, gak selalu mulus jalannya. Kadang kita nemuin kendala, teralihkan ke hal lain diluar tujuan awal, dan bahkan salah pilih jalan hidup.

Tapi gak perlu takut, selama lo inget apa/kemana tujuan awal lo, ada kemauan untuk memperbaiki kesalahan dan kembali ke jalan yang sesuai tujuan lo, pasti lo bisa capai tujuan itu! Sama aja kayak TransJakarta, misalnya kita turun di shelter/milih pilihan dan jalan yang salah, masih bisa kan kita usaha -- nunggu dengan sabar, nahan sabarnya itu usaha loh -- dan balik lagi ke arah yang kita jadiin tujuan awal kan?

Jadi, kalau kita ngelakuin kesalahan atau menemui rintangan dalam jalan menuju tujuan hidup kita, jangan tenggelam dalam penyesalan, atau bahkan berfikir untuk berhenti. Karena ketika kita dikalahkan oleh situasi dan keadaan, otomatis pula kita kalah sama musuh terbesar umat manusia, dirinya sendiri. Karena kesalahan harusnya memperbaiki kita, bukan malah bikin kita larut dalam kekecewaan. So, keep your head held high with the spirit!

Postingan gue ini gak bermaksud menggurui atau sok filosofis, karena gue bukan filsuf, bukan juga guru atau ustadz, apalagi Denny Cagur yang jago merangkai kata-kata bak sastrawan. Gue cuma anak remaja yang coba memandang hidup melalui refleksi dari berbagai hal disekitar gue.

Dan selalu, mohon maaf kalau ada kata-kata gue yang menyinggung atau terkesan menggurui. Semoga ada pelajaran yang bisa diambil dari tulisan gue di postingan kali ini. Atas pengertiannya, gue berikan apresiasi yang positif sebesar-besarnya. Grazie!

That's all my shouts for today! Ciao!

No comments:

Post a Comment